Moodle baru

21 Desember 2009

Ibunda Terkasih

Malam gelap gulita mengiringi jiwa ini
Termenung diri menerima segala kasih
Kasih seorang ibu yang tak pernah henti
Untuk putra yang lahir dari rahim suci
Ibu…….aku menyadari kekeliruanku selama ini
Yang selalu melawan segala pintaan
Yang selalu terlupa akan kasih sayang tanpa benci
Yang selalu menerima tanpa belas kasihan
Susah hidupku menjadi susah hidupmu, Ibu!
Tapi susah hidupmu kau jalani sendiri
Malu aku Ibu! Melihat penderitaanmu
Yang kau hadapi dengan ketulusan hati
Caci maki orang-orang itu padamu
Kau terima dengan sabar yang ada di dada
Kau begitu tegar akan kepedihan kalbu
Memberi diriku semangat untuk melindungimu, Ibu!
Sesuap nasi kau cari untukku, Ibu!
Agar aku bisa hidup lebih darimu
Engkau rela Ibuku! Rela untuk mengorbankan dirimu!
Dengan melupakan sakit yang tersisa di hidupmu
Kegelisahan jiwa timbul seiring ragamu
Raga yang aku cari jika tidak bertemu
Aku takut Ibu! Aku berpisah darimu
Engkau jauh meninggalkanku atau aku jauh meninggalkanmu
Aku berjanji bahagiaku adalah bahagiamu
Aku bersumpah kesedihanmu adalah kesedihanku
Tidak ada suatu di dunia ini rasa sayang nan murni
Kecuali sayang dari dan untuk Ibuku terkasih


Sejarah Hari Ibu

Tau tidak kenapa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu?
.....

Ternyata Hari Ibu ini ada sejarahnya. Pada tahun 1928, bertepatan dengan tahun diadakannya Kongres Pemuda, organisasi-organisasi wanita saat itu tidak mau kalah. Mereka membuat kongres juga di Yogyakarta. Pada tanggal 22-25 Desember 1928 kongres wanita pertama diadakan, yang kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

Saat itu ada 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra yang ikut serta. Mereka saat itu berkumpul untuk mempersatukan organisasi-organisasi wanita ke dalam satu wadah demi mencapai kesatuan gerak perjuangan untuk kemajuan wanita bersama dengan pria dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu ditetapkan pada Kongres Wanita ke-3 yang diadakan di Bandung pada tanggal 22 Desember 1938. Penetapan tanggal ini bertujuan untuk menjaga semangat kebangkitan wanita Indonesia secara terorganisasi dan bergerak sejajar dengan kaum pria.

Mengingat pentingnya makna Hari Ibu tersebut, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit No. 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959 yang menetapkan Hari Ibu sebagai Hari Nasional namun sayangnya bukan hari libur.

Pada kongres yang diadakan di Bandung pada tahun 1952, Ibu Sri Mangunsarkoro mengusulkan untuk dibangun sebuah monumen untuk memperingati kongres pertama tersebut. Pada tanggal 20 Mei 1956 dibangunlah Balai Srikandi yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh menteri wanita pertama di Indonesia, Maria Ulfah. Kemudian seluruh kompleks bangunan pun dibangun dan akhirnya diresmikan oleh Presiden Suharto menjadi kompleks gedung Mandala Bhakti Wanitatama pada tanggal 22 Desember 1983.

Ada beberapa bangunan pada kompleks ini. Museum terletak pada salah satu bagian dari Balai Srikandi. Kemudian di sekelilingnya terdapat bangunan yang sering digunakan untuk acara resepsi dan pameran, yaitu Balai Shinta, Kunthi, dan Utari. Ada pula kompleks wisma penginapan Wisma Sembodro dan Wisma Arimbi serta perpustakaan. Museum yang terletak di Balai Srikandi menyimpan berbagai koleksi benda-benda yang digunakan saat kongres waktu itu serta diorama.

Nah, setelah tau sejarahnya, maka persepsi kita soal Hari Ibu selama ini mungkin berubah. Bila kita memperingati Hari Ibu dengan cara memanjakan ibu kita, memberikan hadiah kepada ibu kita, rasanya kok ndak pas sama semangat dan latar belakang sejarahnya, ya?

Selamat Hari Ibu, wahai perempuan Indonesia! teruslah berkarya untuk kejayaan bangsa...semangadh...

iklan